Lanjutan cerita blogku sebelumnya, live in yang aku
alami ini berasa lama dan sangat membuatku tidak betah lama” tinggal disana,
kenapa ? yang jelas aku gak terbiasa gak membawa uang sama sekali, padahal
dijakarta itu untuk bab aja butuh uang dan belum lagi jika aku kepengen jajan.
Aku sungguh gak enak jika aku minta uang ortu angkatku untuk jajan ataupun ke
mck, sehingga banyak usaha yang aku lakukan untuk mendapatkan uang sehingga
bisa ke mck dan bisa jajan yang jelas. Ngamen adalah salahsatu cara yang aku
lakukan untuk mendapatkan uang. Jika didengar ngamen itu mudah banget dapet
uang, ternyata itu salah banget. Berawal dari rencana mengisi waktu kosong
dimalam hari setelah siangnya bekerja sebagai pemulung, kami ber 10 yang berada
di teluk gong punya rencana untuk ngamen. Awal tujuannya adalah biar senang dan
pastinya dapet duit, ada juga temenku yang ngamen biar dapet rokok. Semangat
kami berkobar untuk ngamen, kami langsung pinjam gitar milik seseorang yang
merupakan kakak angkat Erick temanku.
Sungguh lucu saat kami ngamen hanya bermodalkan 1
gitar sedangkan yang mau ngamen itu sekitar 10 orang. Masak ber 10 ngamen
bareng, jika dinalar kan gak masuk akal dan ntar yang ada pasti orang-orang gak
bakal kasi uang. Kami ber 10 keluar pamitan maen jam 8 malam, mengapa gak pamit
ngamen ? jelas pasti gak dijinin, karna mereka pasti khawatir dengan kondisi
Jakarta yang sangat keras dan takut kena razia pastinya, maka kami pamitnya
maen. Lalu kami langsung berangkat, lokasinya ya kira-kira 1 km dari tempat
tinggal kami, dan jalannya itu gelap, dengan jalan yang becek, tanah-tanah yang
licin dan itu membuat kami harus berhati-hati. Tak lama kemudian kami sampai
diperempatan dekat rumah kami. Sebelumnya kami menyapa dan menyalami para pengamen
laen yang ngamen juga di perempatan tersebut agar saling mengerti dan tidak
terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah itu baru kami berpencar smua ke
perempatan lampu merah. Huhh awalnya teman-temanku pada malu untuk ngamen,
padahal jelas udah lampu merah dan waktunya itu lama banget, tapi mereka pada
malu dan akulah yang memulai ngamen biar temanku juga pada ikut ngamen. Akulah
yang bawa gitar dan yang menyanyi duluan dan baru itu temanku yr dan togu baru
menyusulku untuk ngamen bareng.
Saat ngamen lagu yang kami bawakan itu gak ganti-ganti
alias sama terus, judulnya apa? Judulnya itu “mau dibawa kemana”. Dalam
pikirku, dalam ngamen itu gak penting judul lahunya apa, suaranya bagus apa
gak, yang terpenting adalah keberanian dan suara yang keras, ntah fales juga
gakpapa yang penting mental berani. Aku, yr dan togu nyanyi bareng sambil jalan
menghampiri mobil-mobil yang kami kira pasti diberi uang, ternyata tidak,
kebanyakan yang naek mobil itu memberikan bye-bye alias dada-dada kepada kami
alias menolak kami dan artinya mereka tidak memberi uang. Huuuhh sebel banget
perasaanku saat itu, rasanya seperti tidak dihargai, belum sempet nyanyi udah
aja angkat tangan dan memberikan bye-bye. Aku pikir yang naek mobil itu baik
dan mau member uang tenyata pelitnya minta ampun. Saat itu ada 2 hal yang aku
pikir kenapa kami kok banyak ditolaknya daripada diberi uang. Yang pertama yang
aku pikir itu factor ekstern, yah dari sang pengendara mobil itu sendiri,
apakah mereka itu pelit atau terlalu kaya hingga gak ada uang pecahan sehingga
kami gak diberi uang. Lalu factor intern, yah dari kami sendiri yang saat itu
jadi pengamen, ntah muka kita yang gak cocok jadi pengamen karna terlalu
ganteng dan gak biasa ada pengamen yang terlihat seperti orang mampu. Itu
adalah pikiranku mengapa banyak diberi uang.
Ada yang lucu saat kami beralih ngamen di angkot,
temanku yr dan togu itu Cuma nyanyi dikuar angkot sedangkan aku ngamen maen
gitar sambil nyanyi didalam angkot, aku nyanyi dengan keras dan semangat, awal
pikir kalo diangkot itu pasti banyak yang ngasih uang, tapi huuuhh nggak. Belum
selesai nyanyi lampu hijau sudah menyala dan aku masih saja nyanyi karna gak
tau, yr dan togu pun langsung teriak “Hen, wes lampu ijo gek ndang jaluk duwit”
nah dengar itu aku langsung berhenti nyanyi dan lagsung minta uang dengan
menyodorkan tangan sambil berjalannya angkot. Sialan banget aku saat itu, udah
dibela-belain aku masuk diangkot, ngamen keras dan bersuara merdu tapi gak ada
hasilnya, gak ada satu orang pun yang ngasih uang ke aku. Aku langsung
terbaring tu dipinggir jalan, ternyata ngamen itu juga harus sabar dan susah
rasanya mendapatkan uang. Setelah sasaran kami gagal ke dua kalinya, seperti
mobil dan angkot, baru kami beranjak ke truk dan mobil terbuka. Dan ternyata
ada hasilnya, mereka-mereka ternyata lebih baik dari yang kita bayangkan, ada
yang ngasih uang seribu, limaratus dan ada juga yang duaribu. Yang aku kagumi
adalah jika gak ada uang ada juga mereka yang memberikan permen ataupun rokok,
dalam batinku itu lebih baik dan berasa lebih dihargai ketimbang gak dikasi
apa-apa sama sekali dan hanya diberi bye-bye. Kami ngamen gak lama, karna ada
halangan hujan deras, kira-kira hanya 1 jam kami ngamen dan total uang yang
kami dapat itu hanya 8500, sedikit sekali emang, tapi jumlahnya itu sangat
berharga. Uang itu digunakan untuk dibelikan air botol besar seharga 3500 dan
untuk diminum bersama-sama dan sisanya dibagikan secara merata. Saat itu aku
mendapatkan jatah yang bisa dikatakan paling banyak, karna akulah yang paling
banyak mendapatkan uang dari ngamen *sombong*. Aku dapet uang seribu dan seribu
aku tinggal disana itu sangat berharga, uang itu aku gunakan untuk bayar bab di
mck, dan rasanya aku sangat bangga karna bisa memenuhi kebutuhan dengan uang
sendiri meskipun hanya buat bayar mck tetapi aku sangat senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar