Tentang aku , hidupku , kisahku, ceritaku, keseharianku, kebiasaanku, pokoknya tentang AKU

Senin, 04 Februari 2013

Teringat Judul Lagu “Mau di bawa Kemana”


Lanjutan cerita blogku sebelumnya, live in yang aku alami ini berasa lama dan sangat membuatku tidak betah lama” tinggal disana, kenapa ? yang jelas aku gak terbiasa gak membawa uang sama sekali, padahal dijakarta itu untuk bab aja butuh uang dan belum lagi jika aku kepengen jajan. Aku sungguh gak enak jika aku minta uang ortu angkatku untuk jajan ataupun ke mck, sehingga banyak usaha yang aku lakukan untuk mendapatkan uang sehingga bisa ke mck dan bisa jajan yang jelas. Ngamen adalah salahsatu cara yang aku lakukan untuk mendapatkan uang. Jika didengar ngamen itu mudah banget dapet uang, ternyata itu salah banget. Berawal dari rencana mengisi waktu kosong dimalam hari setelah siangnya bekerja sebagai pemulung, kami ber 10 yang berada di teluk gong punya rencana untuk ngamen. Awal tujuannya adalah biar senang dan pastinya dapet duit, ada juga temenku yang ngamen biar dapet rokok. Semangat kami berkobar untuk ngamen, kami langsung pinjam gitar milik seseorang yang merupakan kakak angkat Erick temanku.
Sungguh lucu saat kami ngamen hanya bermodalkan 1 gitar sedangkan yang mau ngamen itu sekitar 10 orang. Masak ber 10 ngamen bareng, jika dinalar kan gak masuk akal dan ntar yang ada pasti orang-orang gak bakal kasi uang. Kami ber 10 keluar pamitan maen jam 8 malam, mengapa gak pamit ngamen ? jelas pasti gak dijinin, karna mereka pasti khawatir dengan kondisi Jakarta yang sangat keras dan takut kena razia pastinya, maka kami pamitnya maen. Lalu kami langsung berangkat, lokasinya ya kira-kira 1 km dari tempat tinggal kami, dan jalannya itu gelap, dengan jalan yang becek, tanah-tanah yang licin dan itu membuat kami harus berhati-hati. Tak lama kemudian kami sampai diperempatan dekat rumah kami. Sebelumnya kami menyapa dan menyalami para pengamen laen yang ngamen juga di perempatan tersebut agar saling mengerti dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan. Setelah itu baru kami berpencar smua ke perempatan lampu merah. Huhh awalnya teman-temanku pada malu untuk ngamen, padahal jelas udah lampu merah dan waktunya itu lama banget, tapi mereka pada malu dan akulah yang memulai ngamen biar temanku juga pada ikut ngamen. Akulah yang bawa gitar dan yang menyanyi duluan dan baru itu temanku yr dan togu baru menyusulku untuk ngamen bareng.
Saat ngamen lagu yang kami bawakan itu gak ganti-ganti alias sama terus, judulnya apa? Judulnya itu “mau dibawa kemana”. Dalam pikirku, dalam ngamen itu gak penting judul lahunya apa, suaranya bagus apa gak, yang terpenting adalah keberanian dan suara yang keras, ntah fales juga gakpapa yang penting mental berani. Aku, yr dan togu nyanyi bareng sambil jalan menghampiri mobil-mobil yang kami kira pasti diberi uang, ternyata tidak, kebanyakan yang naek mobil itu memberikan bye-bye alias dada-dada kepada kami alias menolak kami dan artinya mereka tidak memberi uang. Huuuhh sebel banget perasaanku saat itu, rasanya seperti tidak dihargai, belum sempet nyanyi udah aja angkat tangan dan memberikan bye-bye. Aku pikir yang naek mobil itu baik dan mau member uang tenyata pelitnya minta ampun. Saat itu ada 2 hal yang aku pikir kenapa kami kok banyak ditolaknya daripada diberi uang. Yang pertama yang aku pikir itu factor ekstern, yah dari sang pengendara mobil itu sendiri, apakah mereka itu pelit atau terlalu kaya hingga gak ada uang pecahan sehingga kami gak diberi uang. Lalu factor intern, yah dari kami sendiri yang saat itu jadi pengamen, ntah muka kita yang gak cocok jadi pengamen karna terlalu ganteng dan gak biasa ada pengamen yang terlihat seperti orang mampu. Itu adalah pikiranku mengapa banyak diberi uang.
Ada yang lucu saat kami beralih ngamen di angkot, temanku yr dan togu itu Cuma nyanyi dikuar angkot sedangkan aku ngamen maen gitar sambil nyanyi didalam angkot, aku nyanyi dengan keras dan semangat, awal pikir kalo diangkot itu pasti banyak yang ngasih uang, tapi huuuhh nggak. Belum selesai nyanyi lampu hijau sudah menyala dan aku masih saja nyanyi karna gak tau, yr dan togu pun langsung teriak “Hen, wes lampu ijo gek ndang jaluk duwit” nah dengar itu aku langsung berhenti nyanyi dan lagsung minta uang dengan menyodorkan tangan sambil berjalannya angkot. Sialan banget aku saat itu, udah dibela-belain aku masuk diangkot, ngamen keras dan bersuara merdu tapi gak ada hasilnya, gak ada satu orang pun yang ngasih uang ke aku. Aku langsung terbaring tu dipinggir jalan, ternyata ngamen itu juga harus sabar dan susah rasanya mendapatkan uang. Setelah sasaran kami gagal ke dua kalinya, seperti mobil dan angkot, baru kami beranjak ke truk dan mobil terbuka. Dan ternyata ada hasilnya, mereka-mereka ternyata lebih baik dari yang kita bayangkan, ada yang ngasih uang seribu, limaratus dan ada juga yang duaribu. Yang aku kagumi adalah jika gak ada uang ada juga mereka yang memberikan permen ataupun rokok, dalam batinku itu lebih baik dan berasa lebih dihargai ketimbang gak dikasi apa-apa sama sekali dan hanya diberi bye-bye. Kami ngamen gak lama, karna ada halangan hujan deras, kira-kira hanya 1 jam kami ngamen dan total uang yang kami dapat itu hanya 8500, sedikit sekali emang, tapi jumlahnya itu sangat berharga. Uang itu digunakan untuk dibelikan air botol besar seharga 3500 dan untuk diminum bersama-sama dan sisanya dibagikan secara merata. Saat itu aku mendapatkan jatah yang bisa dikatakan paling banyak, karna akulah yang paling banyak mendapatkan uang dari ngamen *sombong*. Aku dapet uang seribu dan seribu aku tinggal disana itu sangat berharga, uang itu aku gunakan untuk bayar bab di mck, dan rasanya aku sangat bangga karna bisa memenuhi kebutuhan dengan uang sendiri meskipun hanya buat bayar mck tetapi aku sangat senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar