Hidupku selama mengikuti live in bisa dikatakan serba
berkekurangan, jelas saja disana aku tak pegang uang sama sekali. Yang susah
adalah saat aku haus, kenapa ? meskipun di tempat tinggal ortu angkatku ada
air, tetapi aku gak suka. Buset air rumah ortu angkatku itu rasanya aneh
banget, saat diminum itu rasanya langu ato bahasa indonesianya seret dan pahit,
maka aku gak suka minum air rumah. Penyebabnya adalah ibu angkatku itu masak
air pake kayu bukan pake gas, maka airnya itu berasa berbeda dan beraroma asap
kayu. Yang bikin repot itu adalah kebutuhan air, banyak sekali cara yang aku
lakukan untuk mendapatkan air putih yang wajar rasanya. Kadang aku mampir
kerumah temanku yang mempunyai air yang segar dan sudah beli air gallon atau
mampir ke rumah teman yang air nya sudah dimasak pake gas, sehingga rasanya itu
lebih wajarlah. Namun lama-lama aku merasa gak enak, jelas aja ibu angkatku itu
tau kalo aku sering maen ke tempat temanku dan sering minta air dan makanan.
Wooo aku jadi gak enak dan semenjak itu gak minta air lagi ke rumah teman.
Untung masih ada Tuhan yang perhatian ma aku, dihari
ke 3 dijakarta ternyata ada orang yang berbaik hati ke aku, dan membelikan es
kukubima. Sebenarnya itu gak bakal dibeliin jika gak ada temanku yang
keceplosan, yr lah yang keceplosan. Saat itu aku yr dan Erick sedang ngobrol ma
bapak-bapak didepan sebuah warung. Nah ngobrolnya itu lama, sampai kami
ditawari minum, nah saat itu temanku yr keceplosan dia blang “ohh gak usah pak,
gak ada uang masalahnya”. Nah dari perkataan tersebut kami malah dibelikan,
kami gak bisa munafik menolaknya karna kami emang bener-bener kehausan. Itu
adalah kebaikan Tuhan yang lewat perantara seseorang, hahaha. Oh iya dihari
kedua sempat juga kami mendapatkan uang hasil upah kerja ku bersama yr. Berawal dari orang-orang sana yang pada
nggosip kalau ada pelajar yang live in, mereka tampaknya memanfaatkan kami
untuk membantu pekerjaannya. Saat itu aku dan yr beserta Erick dan alex sedang
nganggur duduk-duduk, karna kami sudah bekerja kecuali aku yang ijin gak ikut
bapak angkatku bekerja. Lalu ada bapak yang bekerja sebagai pengantar air
drijen yang memanggil kami untuk membantunya. Kami merasa gak enak jika
menolaknya, karna bapak itu tau kalo kami dijakarta itu untuk live in.
Kami berempat lalu membantu bapak tersebut. Awalnya
kami mendorong gerobak yang berisikan 20 drigen tetapi masih kosong air bersih.
Kami mendorongnya menuju ke pusat pengisian air, lokasinya sebenarnya gak jauh
sih, tetapi jalannya itu naik turun dan itu membuat kami kesusahan. Tak lama
kemudian kami sampailah dilokasi pengisian air, ternyata disana banyak juga
yang bekerja sebagai pengantar air ke warga sekitar. Per pikul atau 2 drigen
itu dijual seharga 2 ribu, sedangkan bapak tersebut beli air 20 drigen
berisikan air itu hanya berharga 3 ribu, jadi kalau dihitung itu setiap antar
20 drigen bapak tersebut bisa untung 17 ribu. Wooow emang untungnya, tetapi
capek juga tenaganya, bayangin aja 1 air gallon 19 liter itu udah berat, gimana
20 drigen air? Setelah diisi penuh, kami berempat membantu mendorong gerobak
tersebut, dan rasa berat itu terasa ringan, jelas saja didorong 5 orang.
Segerobak air drigen akhirnya habis terjual, dan ternyata masih ada juga yang
memesan air, dan waktu itu waktu udah sore. Erick dan Alex pun diam-diam kabur
dan gak bantu lagi, tersisakan aku dan yr. Mengapa aku dan yr gak kabur ? dalam
benak kami siapa tau kami dikasi uang atau dibelikan makan atau minum. Lalu
tinggal kami berdua yang mendorong gerobak drigen tersebut, sedangkan pak jaya
mengambil gerobak satunya, sehingga kami ditinggal dan kami disuruh untuk mengisinya
terlebih dahulu. Sampai dilokasi pengisian air, ternyata ada kecelakaan,
saluran air tersebut berhenti karna ada orang nakal yang membacok pipa air
sehingga air tidak mengalir. Dari kasus tersebut, aku dan yr terpaksa mengantri
air dan waktunya itu lama banget, dan pak jaya pun juga lama banget sampai
dilokasi pengisian air.
Akhirnya pak jaya pun datang, kira-kira waktu udah
tengah malam jam 7, dan tiba-tiba pak jaya betul berbaik hati memberikan uang
kepadaku dan yr masing-masing 2 ribu. Sambil menunggu, kami mampir ke warung
dulu untuk beli minuman, huuuaaaaahhhh terasa lega sekali setelah lama tak lama
minum es, sungguh berharga banget uang 1000 ku itu. Lalu kami balik, dan
ternyata gerobak sudah berisikan 20 drigen berisi air. Semakin malam ternyata
tenga kami semakin dikuras, betul saja yang awalnya didorong 5 orang kini
tinggal menjadi 3 orang. Berat Berat Berat itulah yang kami rasakan. Tapi kami
tetap semangat, dan akhirnya sampai juga dilokasi warga sekitar yang sudah
memesan air. Aku dan yr hanya menuggu gerobak sedangkan pak jaya lebih capek
karna memikul 2 drigen berisikan air ke rumah warga. Setelah selesai kira-kira
jam setengah 8 malam betul perkiraan ku dan yr pasti kami berdua dicariin oleh
ortu angkat kami karna dari siang kami itu tida sempat pulang ke tempat tinggal
kami. Sampai rumah, badanku memang terasa capek, tapi ada 1 hal yang membuatku bangga
yaitu aku terasa lebih bahagia ketika aku bisa memenuhi kemauanku dengan uang
hasil kerja kerasku sendiri. Uang 2 ribu yang diberi pak jaya itu sungguh aku
manfaatkan dengan baik, yang seribu jelas buat beli minum, jelaslah kalo
bekerja seperti itu pasti membuat haus. Dan seribu sisanya aku gunakan untuk
membayar mck jika aku kebelet boker. Artinya uang hasil kerja sendiri itu lebih
berharga dan bermakna daripada uang dari meminta kepada orang dan lagian aku
merasa gak enak jika meminta uang yang sebenarnya bukan ortu kandungku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar