Hari selasa merupakan awal aku mengikuti seluruh
kegiatan yang dijalani ortu angkatku selama live in. Berawal dari bangun pagi
jam 6 aku sudah kaget dengan seluruh badanku yang penuh dengan bintik-bintik
merah akibat gigitan nyamuk, ntah di muka, telinga, kaki dan sampai tangan.
Gatal sih rasanya dan ditambah kondisi yang masih ngantuk akibat tidur gak yang
nyenyak, maklum lah malamnya gak ada yang bilang “sleep tight n nice dream.
good night n gbo” haha. Habis bangun, eh tau-tau bapak angkatku itu sampai
rumah bawa barang sebagor besar, perasaanku kalau ngliatin kan gak enak, trus
aku langsung bantu aja bawa barang carian hari seblumnya, saat aku angkat huuh
ternyata berat banget, 1 bagor itu kalo aku rasa bisa sampai 7 kg woo. Bolak
balik aku angkat barang carian bapak, dan jalannya itu sangatlah becek dan gak
rata gitu, maka udah biasa buat bapak jika kakinya becek, tapi buat aku gak,
aku kliatan jijik dan langsung cuci kaki. Itu yang aku lakukan pagi harinya,
dan aku ngrasa itu sungguh melelahkan dan lemes.
Siang hari merupakan puncak kerjaku, dari jam 1 siang
sampai jam 7 malam, apa yang aku lakukan ? aku narik gerobak sederhana yang
terbuat dari triplek dan 2 roda yang digunakan untuk membawa barang carian
alias hasil mulung. Dandananku pun tampak sudah cocok sebagai pemulung, dengan
menggunakan kaos lengan panjang, topi dan sandal jepit. Narik gerobak
sungguhlah bikin capek, apalagi disaat melewati jalan tanah yang becek akibat
hujan dan dilewati truk membuat lebih berat untuk menariknya. Perjalanan ku dan
bapakku bisa dikatakan jauh, kira-kira ada sekitar 4 km aku berjalan menarik
gerobak secara bergantian. Baru kali ini aku kerja dan sebagai pemulung dengan
narik gerobak, awalnya aku malu banget apalagi saat dijalan raya yang rame akan
orang, dan banyak pula orang yang melihatku secara gak biasa. Ada 3 hal yang
membuatku malu, yang pertama saat aku dan bapakku melewati sekolah swasta
Kristen dan banyak sekali pelajar yang baru saja pulang. Cowok dan ceweknya
terlihat ganteng dan cantik dan mereka itu banyak yang ngliatin aku, dan aku
Cuma diam aja dan pura-pura liat laen ato mengalihkan pandangan. Dalam batinku,
mereka pasti gak biasa ada seorang pemulung yang narik gerobak tapi kok
ganteng, haha.
Yang kedua yang bikin malu adalah saat aku melewati
bar café diseberang sungai, ada cewek hot dan sexy yang asal bicara “Mending
ikut aku daripada ikut mulung” . Huh aku langsung melihat wajah bapakku yang
sedikit gak tega aja ngajak aku bantu kerja sebagai pemulung. Aku lalu Tanya
sama bapakku tentang yang dikata cewek hot tadi, ternyata bar café disana itu
adalah tempat karokean dan sering dijadikan tempat om-om bermesraan setelah
menyewa cewek. Gila, pikiranku setelah diceritakan ma bapakku langsung
kemana-mana. Yang ke tiga yang bikin aku malu adalah saat aku dan bapakku
melewati area pecinaan, dimana banyak sekali orang cina yang tinggal disana.
Ada seorang ibu yang bilang ke aku “Kasihan anaknya ganteng tapi bantuin
bapaknya” hatiku langsung gak enak banget ma bapak angkatku itu. Intinya selama
aku mulung narik gerobak itu banyak sekali ujiannya, sperti gak boleh malu akan
perkataan orang, trus gak boleh jijik ketika ambil botol, kardus apapun yang
bisa dijual dan dicari ditong sampah. Betapa kotor jika mencari di tong sampah
dan itu aku lewati dengan sedikit ragu saat cari-cari disampah. Ujian laennya
adalah kerja keras, bapakku itu sudah berkepala 6 tetapi tenaganya masih kuat,
masak aku kalah dengan dia. Dan ujian menurutku yang paling berat adalah
menahan untuk jajan, bagaimana tidak dijogja aku seneng banget jajan dan
dijakarta itu rasanya gak enak jika minta uang buat jajan beli minum, jadi
intinya aku kehausan.
Siang, Sore, dan malam berlalu dilewati dan dihabiskan
untuk mencari barang bekas seperti botol air, gelas plastic air, kardus, plastic,
kayu dan sisa-sisa benda bekas banjir. Sekitar jam setengah 7 kami pulang dengan
menarik gerobak yang sudah penuh berisikan barang dan otomatis juga semakin berat.
Lapar sudah tiba tetapi ujian semakin besar, setiap kami mau pulang rumah yang slalu
aku ingat adalah rasa saying bapak terhadap istrinya yang selalu ingat dan dibelikan
oleh-oleh makanan, mungkin itu sangat sederhana yang dilakukannya, tetapi itu maknanya
sungguhlah besar dan aku bisa belajar banyak dari bapak angkatku itu. Kira-kira
jam 7 kami baru tiba dirumah dengan barang bawaan segerobak dan dengan badan yang
sudah lemas, haus dan lapar, tapi aku merasa puas bisa membantu pekerjaan bapak
angkatku sebagai mencari yang halal bukan mencuri yang tidak halal :’)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar